Karakteristik Gapura Perbatasan Kabupaten Ponorogo (Kajian Semiotika visual)
DOI:
https://doi.org/10.32664/mavis.v7i02.1880Kata Kunci:
Gapura, Karakteristik, Semiotika.Abstrak
Keanekaragaman perwujudan bangunan gapura di pulau Jawa hingga saat ini dapat disaksikan keberadaannya. Masyarakat Jawa dikenal dengan masyarakat berbudaya yang masih mempertahankan tradisinya hingga sekarang. Perwujudan bangunan gapura yang beragam tersebut dapat dilihat dari berbagai karakteristik yang berbeda di antara bagian-bagian penyusunnya. Begitu juga masuk ke daerah Ponorogo Jawa Timur akan tampak pintu masuk gapura dengan hiasan motif kesenian Reog yang mencerminkan kesenian daerah Ponorogo. Metode kualitatif digunakan sebagai dasar penelitian dengan rancangan deskriptif menjabarkan tentang karakteristik gapura perbatasan kabupaten Ponorogo. Didukung dengan semiotika Roland Barther. Secara denotatif gapura perbatasan kabupaten Ponorogo diciptakan sebagai gapura perbatasan antar wilayah kabupaten serta pintu masuk atau gerbang ke kawasannya.Pada tingkat berikutnya, gapura mempunyai makna konotatif, diantaranya sebagai bangunan simbol dari identitas suatu wilayah. Gapura juga merupakan benda yang berfungsi untuk mengkomunikasikan tema tertentu, tentang filosofi atau mitos-mitos yang berkembang di masyarakat dan sebagainya. Bentuk ornamen ragam hias pencerminan dari kebudayaan masyarakat Ponorogo. Desain gapura mempunyai konotasi makna tertentu.
Referensi
[1] A. F. Ramadhan, “Kajian Makna Ukiran Ragam Hias pada Gapura Makam Sunan Drajat Sebagai Warisan Budaya Nusantara,” Seminar Nasional Seni dan Desain 2019, no. September, pp. 71–76, 2019.
[2] I. Purnengsih and U. Kholisya, “Representasi Kosmologi Jawa Pada Gapura Kontemporer,” Cakrawala: Jurnal Humaniora Bina …, vol. 19, no. 1, p. 113, 2019.
[3] U. Kholisya, S. Maya, and I. Purnengsih, “Karakteristik Gapura di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah (Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi),” Jurnal Desain, vol. 4, no. 02, p. 100, 2017, doi: 10.30998/jurnaldesain.v4i02.1178.
[4] F. Iswandi, C. Agus, and J. Juwintan, “Representasi Makna pada Istilah Benda dan Bangunan Versi Bahasa Indonesia oleh Pemandu Wisata di Keraton Kasepuhan Cirebon,” Jurnal Pendidikan Bahasa, vol. 11, no. 2, pp. 265–278, 2022, doi: 10.31571/bahasa.v11i2.4550.
[5] J. K. Kalila et al., “Penggambaran Sifat Manusia dalam Desain Karakter Antropomorfik Game ‘ Night in The Woods ,’” vol. 4, pp. 112–121, 2024.
[6] S. N. Muhadiyatiningsih and S. Fathonah, “Dimensi Estetika dan Identitas Budaya dalam Bangunan Keraton Surakarta,” Fikrah, vol. 8, no. 1, p. 73, 2020, doi: 10.21043/fikrah.v8i1.6525.
[7] H. Muttaqin, D. K. Visual, U. S. Maret, J. Kolonel, and S. No, “Analisis Semiotika Teks pada Arca Loga Lembah Bada,” vol. 7, no. 1, pp. 22–32, 2025.
[8] H. Suwantoro and T. A. Salsabila, “International Journal of Architecture and Urbanism,” Talenta.Usu.Ac.Id, vol. 08, no. 03, pp. 408–420, 2024.
[9] A. Risi and Z. Zulkifli, “Kajian Semiotika Ilustrasi Digital Karya Agung Budi Santoso (Pendekatan Semiotika Roland Barthes),” MAVIS : Jurnal Desain Komunikasi Visual, vol. 4, no. 02, pp. 47–55, 2022, doi: 10.32664/mavis.v4i02.739.
[10] A. Pranoto et al., “ANALISIS VISUAL KARAKTER ‘ JACK THE RIPPER ’ DALAM,” vol. 2, no. 1, pp. 42–54, 2019.
[11] E. D. Siregar and S. Wulandari, “Kajian Semiotika Charles Sanderspierce: Relasitrikotomi (Ikon,Indeks dan Simbol) dalam Cerpenanak Mercusuar karya Mashdar Zainal,” Titian: Jurnal Ilmu Humaniora, vol. 04, no. 1, pp. 29–41, 2020.
[12] O. Setiawan, “Analisis Elemen Visual dan Akustik Panel Bambu Betung pada Ruang Kerja Kreatif,” vol. 7, no. 1, pp. 91–106, 2025.
[13] F. A. Atthalibi, C. B. Amiuza, and A. M. Ridjal, “Semiotika Arsitektur Masjid Jamik Sumenep-Madura,” Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur, vol. 4, no. 2, pp. 1–8, 2016.
[14] A. Muktiono, “Exploring the Potential of Architectural Semiotic in Realizing the Smart City Concept,” Neo Journal of economy and social humanities, vol. 3, no. 1, pp. 41–46, 2024, doi: 10.56403/nejesh.v3i1.170.
[15] K. Studi, G. Di, K. Lamongan, M. Ulfa, and M. Indradjaja, “PENERAPAN CULTURE SYMBOL GAPURA PADURAKSA BERSAYAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA LAMONGAN ,” pp. 174–181, 2015.
[16] F. Hiasa, “Analisis Semiotika Pada Motif Batik Besurek Sebagai Upaya Pelestarian Dan Alternatif Bahan Ajar Bahasa Indonesia,” Jurnal Ilmiah Korpus, vol. 5, no. 3, pp. 368–377, 2021.
[17] F. Bahasa et al., “Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film ‘ Nanti Kita Cerita Hari Ini ’ ( NKCTHI ) Karya Angga Dwimas Sasongko SelviYani Nur Fahida Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Roland Barthes ’ Semiotics Analysis on the Film " Nanti Kita Cerita Hari Ini " ( NKCTHI ) by Angga Dwimas Sasongko,” vol. 1, no. 2, pp. 33–42, 2021.
[18] V. Siti et al., “BUKU FIVE LITTLE PIGS KARYA AGATHA CHRISTIE,” no. 1, pp. 143–156.
[19] P. Raka and S. Putra, “Analisis Identitas Visual Kembara Angkasa Sebagai Livery Spesial Ulang Tahun ke 74 Maskapai Garuda Indonesia,” vol. 6, no. 2, pp. 89–99, 2024.
[20] U. N. Medan, E. Beriring, B. Ulen, and R. Adat, “Analisis Ornamen Kerawang Gayo pada Rumah Adat Pitu Ruang Kabupaten Aceh Tengah,” vol. 02, pp. 47–54, 2020.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 MAVIS : Jurnal Desain Komunikasi Visual

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.